Dapat diketahui bahwa letak geografis Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan terletak di antara 103o 40’ Bujur Timur dengan
104o 33’ Bujur timur. Dan 3o 45’ Lintang Selatan sampai
dengan 4o 55’ lintang selatan, atau terletak pada jalur lintas
tengah trans Sumatera, yang menghubungkan Provinsi Lampung dengan Provinsi
Bengkulu, dengan batas wilayah di bagian Utara
terdapat Kecamatan Rembang dan Kecamatan Lubai
Kabupaten Muaraenim dan Kecamatan Muara Kuang Kabupaten Ogan Ilir Provinsi
Sumatera Selatan. Pada bagian selatan
Kecamatan Simpang, Kecamatan Muaradua, Kecamatan Buay
Sandang Aji, Kecamatan Buay runjang, kecamatan Kisam tinggi dan Kecamatan Muara
dua Kisam kabupaten OKU selatan Provinsi Sumatera Selatan. Pada wilayah bagian Barat kecamatan Semendo Darat Ulu,
kecamatan Semendo darat laut, Kecamatan Tanjung agung dan kecamatan Lubai
Kabupaten Muaraenim Provinsi Sumatera Selatan. Pada wilayah bagian Timur kecamatan Cempaka, kecamatan
Madang suku I, kecamatan Madang suku II, kecamatan Buay pemuka peliung dan
kecamatan Martapura kabupaten OKU timur Provinsi Sumatera Selatan.
Daerah
ini sebagian besar merupakan dataran tinggi yang membentuk bukit-bukit dan gunung-gunung,
ketinggian wilayahnya berkisar antara 45 sampai dengan 1.643 mdpl sehingga terdapat batuan beku
dalam yang mendominasi wilayah desa Tekana ini. Desa Tekana merupakan daerah yang memiliki aliran sungai
dengan formasi Granit Garba
yang terdapat litologi dan struktur yang beragam.
2 Geologi Regional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shell Mijnbouw
(1978) dan Gafoer dkk. (1993) pada Peta Geologi Lembar Baturaja, keadaan
geologi Kabupaten Ogan Komering Ulu termasuk kedalam Cekungan Sumatera Selatan
yang secara umum tersusun oleh batuan sedimen Tersier yang diendapkan di atas
batuan Pra-Tersier.Kerangka tektonik cekungan Sumatera Selatan terdiri dari
Paparan Sunda di sebelah timur dan jalur tektonik mobil Bukit Barisan di
sebelah Barat. Daerah cekungan ini dibatasi dari Cekungan Jawa Barat oleh
daerah tinggian Lampung.
Di dalam daerah cekungan terdapat daerah peninggian
batuan dasar Pra-Tersier dan berbagai depresi. Perbedaan relief dalam batuan
dasar ini diperkirakan karena adanya pematahan
dasar dalam bongkah-bongkah (graben-graben). Hal ini sangat ditunjukkan oleh
depresi Lematang di cekungan yang jelas dan dibatasi oleh jalur patahan
Lematang dari Pendopo Antiklinorium serta oleh patahan Lahat di sebelah barat
laut dari paparan Kikim.Gerakan diferensial dari blok patahan (graben) ini
mengendalikan sedimentasi, fasies serta pelipatan pada lapisan Tersier di
atasnya.
Pada umumnya daerah Cekungan Sumatera Selatan ini dapat
dibagi menjadi 3 sub cekungan :
a) Cekungan Jambi atau Palembang Utara yang menjorok kearah
selatan.
b) Cekungan Palembang Tengah
c) Cekungan Palembang Selatan atau juga disebut Kompleks
Palembang Selatan.
3 Stratigrafi Regional
Pada umumnya stratigrafi regional Kabupaten Ogan Komering
Ulu dapat dikenal sebagai satu daur besar (megacycle)
yang terdiri dari suatu trangresi yang diikuti regresi. Formasi yang terbentuk
dalam fase trangresi dikelompokkan menjadi Kelompok Telisa (Formasi Lahat,
Formasi Baturaja dan Formasi Gumay). Sedangkan yang terbentuk dalam fase regresi
dikelompokkan menjadi Kelompok Palembang (Formasi Air Benakat, Formasi Muara
Enim dan Formasi Kasai). Formasi pembawa batubara pada Cekungan Sumatera
Selatan adalah Formasi Talang Akar, Air Benakat, Muara Enim dan Kasai, tetapi
yang paling potensial adalah Formasi Muara Enim, sedangkan Formasi Baturaja
merupakan pembawa endapan batu gamping yang banyak terdapat di sekitar kota
Baturaja.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Batu Raja skala
1:250.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bandung (1993), urutan stratigrafi regional daerah penyelidikan dari muda ketua
adalah sebagai berikut :
a) Formasi Kasai (Qtk), termasuk kedalam Kelompok
Palembang, memilik iketebalan 500 m – 1.000 m, berumur Pliosen. Terdiri dari konglomerat
dengan fragmen kuarsa dan batupasir kuarsa, batulempung tufaan mengandung kayu terkersikan
(silicifiedwood) dengan sisipan tuff batuapung dan lignit yang membentuk lensa-lensa.
Formasi ini merupakan fasies endapan darat dan danau.
b) Formasi Muara Enim (Tmpm), termasuk kedalam Kelompok
Palembang, memiliki ketebalan 150 m – 750 m, berumur Pliosen. Terdiri dari batulempung,
batulanau, batupasir tufaan dengan sisipan batubara, merupakan endapan air
payau.
c) Formasi Air Benakat (Tma), termasuk kedalam Kelompok Palembang,
memiliki ketebalan 100 m – 1.300 m, berumur Mio-Pliosen. Terdiri dari batulempung
dengan sisipan batulempung tufaan napal, batupasir dan serpih, merupakan fasies
endapan litoral sampai marin dangkal.
d) Formasi Gumay (Tmg), memiliki ketebalan 0 m – 2.200 m,
berumur Miosen Awal-Tengah.
e) Terdiri dari batulempung dengan sisipan batulempung tufaan
napal, batupasir dan serpih dengan sedikit glaukonitan, di bagian tengah anggota
ini terdapat suatu lapisan tipis batuapung. Formasi ini merupakan diendapkan fasies
marin terbuka yang dalam.
f) Formasi Baturaja (Tmb), termasuk kedalam kelompok Telisa,
memiliki ketebalan 0 m – 160 m, berumur Miosen Awal. Terdiri dari batugamping terumbu,
kalkarenit dengan sisipan serpih gampingan dan batupasir gampingan, merupakan fasies
terumbu neritik. Formasi ini diendapkan secara selaras di atas
FormasiTalangAkar.
g) Formasi Talang Akar (Tomt), termasuk kedalam kelompok Telisa,
memiliki ketebalan 0 m – 1.100 m, berumur Miosen. Pada bagian bawah disusun oleh
perlapisan batu pasir karbonan, kayu terkersikan (silicifiedwood) dengan konglomerat dan batulanau mengandung fosi lmoluska.
Kearah atas berkembang menjadi perselingan antara serpih tufaan dan batu gamping.
Bagian atas formasi umumnya disusun oleh batulanau tufaan, batulempung gampingan,
lensa-lensa konglomerat dan sisipan batupasir glaukonitan terdiri dari batupasir
kuarsa mengandung kayu terkersikan. Merupakan fasies litoral sampai paralis air
payau.
4 Struktur Geologi Regional
Secara
umum cekungan sumatera selatan dibentuk oleh tiga fase tektonik, yaitu yang
pertama kolisi antara lempeng eurasia dan lempeng india yang terjadi pada
middle mezosoik mengahsilkan sesar semangko dan malaka yang berarah NW – SE.
Sesar geser ini kemudian pada fase ekstentional menghasilkan pull apart basine berarah utara yang
terisi oleh sedimen berumur eosen sampai miosen awal di daerah sumatera
selatan. Selain itu kompresi ini juga menghasilkan sesar berarah NW – SE yang
lain seperti lematang dan benua yang lebih kecil. Pada akhir cretaceous sampai
awal miosen terjadi orogenesa yang menghasilkan sesar tumbuh sepanjang lembak
dan beringin. Kemudian dilanjutkan dengan tektonik yang relatif tenang dengan
sesar turun (yang lambat) sampai pliosen. Orogenesa selanjutnya terjadi selama
plosen sampai pleistosen. Dibanyak tempat terjadi pengangkatan baseman, infersi
dan pembalikan sesar turun pada pliosen sampai sekarang membentuk antiklin yang
merupakan perangkat utama daerah ini. Komresi ini masih berlangsung hingga
sekarang.
Pada Cekungan Sumatera
Selatan terdapat tiga antikinorium utama dari selatan keutara sebagai berikut :
1)
Antiklinorium
Muara Enim
2)
Antiklinorium
Pendopo-Benakat
3)
Antiklinorium
Palembang
Antiklinorium-antiklinorium ini berimpitan dengan relief
batuan dasar Pra-Tersier yang merupakan bongkah-bongkah patahan (graben-graben)
yang terangkatkan yang juga merupakan jalur paleotopografi tinggi. Antiklin hanya terdapat dalam antiklinorium, sedangkan
dalam daerah tektonik rendah pelipatan sangat lemah. Pada antiklinorium Pendopo
– Benakat dan Muara Enim struktur lipatan menjadi patahan batuan dasar (basement fault). Semua struktur lipatan
ini dipotong-potong oleh sesar normal menjadi graben-graben.
0 Komentar